Kamis, 01 Maret 2012

what is the meaning of special education ?

ABK (anak berkebutuhan khusus) :

Dalam UU RI nomor 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab IV pasal 5 ayat 2, 3, dan 4 dinyatakan bahwa anak berkebutuhan khusus adalah: 
  • Anak yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial sehingga berhak memperoleh pendidikan khsusu.
  •  Anak di daerah terpencil atau terbelakang serta masyarakat adat yang terpencil sehingga berhak memperoleh pendidikan layanan khusus
  • Anak yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa sehingga berhak memperoleh pendidikan khusus. 
Dapat disimpulkan bahwa Anak berkebutuhan khusus atau anak ”special needs” adalah anak yang secara signifikan (bermakna) mengalami kelainan/penyimpangan (phisik, mental-intelektual, social, emosional) dalam proses pertumbuhan/ perkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya sehingga mereka memerlukan pelayanan pendidikan khusus.

          Macam-macam atau jenis anak berkebutuhan khusus antara lain yaitu 
  1. Autisme Autistik adalah suatu gangguan perkembangan yang kompleks menyangkut komunikasi, interaksi sosial dan aktivitas imajinasi. Gejalanya mulai tampak sebelum anak berusia 3 tahun. Bahkan pada autistic infantile gejalanya sudah tampak pada sejak lahir.
  2. ADHD ADHD adalah istilah populer, kependekan dari Attention Deficit Hyperactive Disorder, (Attention = Perhatian, Deficit = Berkurang, Hyperactive = hiperaktif dan Disorder = Gangguan). Atau dalam Bahasa Indonesia, ADHD berarti Gangguan Pemusatan Perhatian disertai Hiperaktif. 
  3. Retardasi Mental Tunagrahita adalah istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata-rata.
  4. Tuna Netra Tunanetra adalah individu yang memiliki hambatan dalam penglihatan. tunanetra dapat diklasifikasikan kedalam dua golongan yaitu: buta total (Blind) dan low vision.
  5. Tuna Rungu Tunarungu adalah individu yang memiliki hambatan dalam pendengaran baik permanen maupun tidak
  6. Tuna Wicara permanen.hambatan dalam berbicara.
  7. Tuna Ganda Yang disebut anak tunaganda adalah anak yang memiliki kombinasi kelainan (baik dua jenis kelainan atau lebih) yang menyebabkan adanya masalah pendidikan yang serius ,sehingga dia tidak hanya dapat diatas dengan suatu program pendidikan khusus untuk satu kelainan saja, melaiankan harus didekati dengan variasi program pendidikan sesuai kelainan yang dimiliki.
  8. Tuna Laras Tunalaras adalah individu yang mengalami hambatan dalam mengendalikan emosi dan kontrol sosial. individu tunalaras biasanya menunjukan prilaku menyimpang yang tidak sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku disekitarnya.
  9. Tuna Daksa Tunadaksa berasal dari kata “tuna” yang berarti rugi, kurang dan “daksa” berarti tumbuh.Tunadaksa adalah suatu keadaan rusak atau terganggu akibat gangguan bentuk atau hambatan pada tulang , otot dan sendi dalam fungsinya yang normal yang disebabkan oleh penyakit, kecelakaan, atau disebabkan bawaan sejak lahir.
  10. Kesulitan Belajar Adalah individu yang memiliki gangguan pada satu atau lebih kemampuan dasar psikologis yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa, berbicara dan menulis yang dapat memengaruhi kemampuan berfikir, membaca, berhitung, berbicara yang disebabkan karena gangguan persepsi, brain injury, disfungsi minimal otak, dislexia, dan afasia perkembangan. individu kesulitan belajar memiliki IQ rata-rata atau diatas rata-rata, mengalami gangguan motorik persepsi-motorik, gangguan koordinasi gerak, gangguan orientasi arah dan ruang dan keterlambatan perkembangan konsep.

     Pelayanan bagi anak berkebutuhan khusus  telah banyak macamnya, namun yang terpenting adalah pelayanan dalam lingkungan keluarganya. Perhatian keluarga dan lingkungan sangat mendukung perkembangan anak tersebut. Keberadaan mereka harus kita akui dan syukuri, karena dengan adanya mereka, kita patutnya menyadari betapa sempurnanya Allah SWT memberikan karunianya kepada kita yang memiliki keadaan tubuh yang normal dan juga kita patut bersikap yang layak kepada mereka yang memerlukan pelayanan yang lebih khusus dari kita agar mereka merasa keberadaannya diakui oleh lingkungannya.

 






PERKEMBANGAN JIWA KEAGAMAAN YANG SAYA RASAKAN DARI MASA KANAK-KANAK SAMPAI SAAT INI (REMAJA)



1.      Perkembangan Jiwa Keagamaan Pada Masa Kanak-Kanak
Yang saya pelajari di dalam mata kuliah psikologi agama bahwa sifat-sifat agama pada anak-anak tidak mendalam, anthromorphis, verbalis & ritualis, imitiatif, rasa heran. Saya rasa sifat-sifat agama pada anak-anak ini sangat sama dengan apa yang sudah saya alami ketika saya masih berumur -+ 6 tahun, saya meyakini bahwa tuhan itu ada, tetapi saya belum sadar arti dari shalat, berdoa, puasa, dll itu adalah kewajiban bagi saya sebagai seorang muslimah. Di saat itu pula saya hanya mengikuti dari orang-orang yang di sekeliling saya. ketika orang tua saya shalat, saya pun mengikuti mereka karena tuntutan dari orang tua,karena  mereka berkata pada saya shalat itu kewajiban seorang muslim dan shalat merupakan salah satu rukun islam, dan apabila kita tidak mengikuti maka dosa pun akan menghampiri, dan tuhan pun akan membenci kita dan menjauhi diri kita serta tidak disayangi oleh tuhan. Dan sinilah saya sedikit sadar arti dari shalat, puasa, dll (yang berkaitan dengan keberagamaan) yang awalnya itu tuntutan sampai timbulnya kesadaran dalam diri saya (karena orang tua saya  memperkenalkan agama), saya percaya akan adanya tuhan dan agama dalam hidup saya. Dan timbulah rasa ketergantungan karena saya ingin mendapat perlindungan dari tuhan (Allah) saya, keinginan,tanggapan, serta keinginan untuk di kenal muncul dalam diri saya.
Intinya, perkembangan keberagamaan dalam diri saya pada masa kecil hanya ingin di perhatikan, hanya mengikuti tanpa tahu arti akibat-sebab nya dari semua yang saya lakukan. Serta masih memahami dan menafsirkan sesuatu hanya dari sudut pandang saya saja, dan belum bisa mengintegrasikannya antara pendapat orang lain dan sebagainya.
 
2.      Perkembangan Jiwa Kebagamaan Pada Masa Remaja (saat ini)
Masa remaja adalah masa dimana peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, masa dimana penuh keindahan, masa mencari identitas diri, serta mencari hal-hal yang baru.
Dulu ketika saya kecil hanya mengerti sebatas teori dalam ilmu-ilmu agama, sedangkan pada saat remaja ini saya mengenal arti dari sebuah pertanggung jawaban. Pada saat remaja ini banyak gejala-gejala yang saya alami dalam konversi agama.
Perubahan yang saya rasakan pada saat remaja yaitu:
·         Perubahan fisik
Perubahan saya dari kecil sampai sekarang ini sangat beda. Dilihat dari bentuk tubuh yang mulai membesar (tinggi), suara semakin merdu, bahkan wajah pun semakin cantik.  dll
·         Perubahan biologis
Perubahan mulai dari tumbuh kembangnya organ-organ dalam diri saya. Sudah menstruasi (sudah baligh), dan kematangan seksual (sudah mengerti pacaran, hormon semakin meningkat), dll
·         Perubahan cara berfikir & mental
Perubahan ini lah yang menjadikan saya semakin mengerti akan kewajiban yang harus saya alami, karena semakin banyak ilmu yang didapat yang harus saya terapkan. Dan mulai mengetahui benar dan salahnya suatu hal.
            Dari perubahan-perubahan inilah yang membuat terjadinya konversi agama dalam diri saya. Saat ini saya sudah mengerti perubahan fisik yang ada dalam diri saya, semakin ingin tahu segala sesuatu yang berkaitan dengan unsur-unsur keinginnya mencari jati diri.
Perkembangan perasaan saya saat ini pun sangat berubah, serta cara berfikir pun sudah mengerti arti dari mana yang benar dan mana yang salah.
Disini saya merasa sudah harus bertanggung jawab atas segala sesuatu. Karna ketika saat datang pertamanya menstruasi dalam diri saya disitulah saya harus tanggung jawab atas apa yang saya lakukan. Mungkin waktu kecil (sebelum datangnya menstruasi) dosa saya masih ditanggung orang tua, tetapi setelah datangnya mens itu saya harus mengerti bahwa amal perbuatan yang saya lakukan akan dimintai pertanggung jwabannya kelak diakhir nanti. Dan shalat pun yang tadinya keharusan menjadi kebutuhan bagi saya, karna dengan shalat hati saya bisa menjadi tenang, dengan shalat saya bisa dekat dengan tuhan, dengan shalat saya dilindungi oleh tuhan, dll.
Di masa remaja ini saya tidak hanya sebagai masa kebingungan tetapi juga saya mulai mencari identitas diri, mencari hal-hal baru, saya ingin merasakan hal-hal yang belum saya rasakan. Tingkat keyakinan dan ketaatan beragama saya sangat tergantung dalam kemampuan saya menyelesaikan keraguan & konflik batin yang terjadi dalam diri saya sendiri. Tapi Alhamdulillah lingkungan sekitar saya sangat mendukung saya dalam menyelesaikan keraguan serta konflik yang terjadi dalam diri saya dengan cara mengikuti beberapa pengajian-pengajian serta mendengarkan nasehat-nasehat dari orang tua, keluarga, guru, teman-teman, serta masyarakat yang membuat saya semakin percaya akan adanya tuhan, dan meyakinkan saya bahwa hidup itu perjuangan dalam memperjuangkan keimanan dan ketaqwaan saya.